Generasi muda Indonesia masa kini lebih cocok disebut sebagai “Generasi muda anak kampus”. Ya, sebab di era teknologi serba maju dan tuntutan zaman yang begitu dinamis, generasi muda kita telah memiliki kesadaran untuk mengenyam pendidikan tinggi. Mereka tidak mau berpuas diri karena telah menyelesaikan wajib belajar dua belas tahun yang dicanangkan pemerintah, sehingga mereka berusaha keras untuk memperoleh derajat pendidikan yang lebih tinggi setelahnya.
Masuk ke perguruan tinggi adalah langkah nyata untuk mendapatkan jenjang pendidikan tersebut. Terlepas dari jurusan apa yang ia ambil, dan jenjang pendidikan apa yang ia tempuh. Diploma atau sarjana. Peerguruan tinggi, baik negeri atau swasta sekarang ini menjadi trend dan orientasi masa depan penerus bangsa Indonesia masa kini. Ketika seorang murid SMA yang akan lulus ditanya, “mau kerja atau kuliah?” Mereka sebagian besar akan menjawab, “Kuliahlah, untuk bekal masa depan.” Kalaupun ada yang menjawab ingin bekerja, secara tersirat mereka akan melanjutkan, “Kerja dulu, tahun depan baru mau kuliah.” Inilah bukti bahwa pendidikan tinggi telah menjadi visi tersendiri bagi para generasi muda.
Cita-cita selanjutnya bagi anak-anak muda tersebut setelah lulus dari bangku kuliah adalah melamar pekerjaan. Entah melamar sebagai akuntan, pengacara, manajer atau lain sebagainya, dengan harapan agar ilmu yang diperoleh saat kuliah tidak sia-sia. Ilmu yang diperolehnya dengan susah paah diharapkan tidak terbuang sia-sia karena mereka menganggur.
Namun, fakta di lapangan jauh berbeda dengan apa yang diharapkan oleh para sarjana dan dipploma baru. Di tengah gelora kesadaran anak muda untuk mengenyam pendidikan tinggi dan lulus dengan cepat, justru sangat sulit untuk melamar pekerjaan di posisi yang sangat mereka idamkan. Mengapa demikian? Itu karena lowongan pekerjaan sangat sedikit sedangkan para pelamar kerja sangat membeludak. Lapangan pekerjaan yang ada tidaklah mampu untuk menampung angkatan kerja dalam jumlah besar setiap tahunnya.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan?
Anak muda Indonesia harus mempunyai cara lain untuk menyikapi keadaan ini. Sebagai sarjana muda atau diploma muda, tidak ada salahnya kita membuat semacam terobosan agar setiap lulusan di tiap tahun angkatan kerja mampu bekerja dan tidak bergantung dari surat lamaran kerja saja. Yang dimaksudkan “tidak bergantung dari surat lamaran kerjaan saja” ialah, kita sebagai generasi muda harus berani memulai usaha. Ya, memulai usaha. Membuka lapangan usaha baru sangatlah penting, sebab semakin berani kita untuk memulai usaha kecil, maka kita semakin cepat bertindak menyelamatkan nyawa kita dari keterpurukan. Dalam bukunya yang berjudul The Power of Kepepet,2008, Jaya Setia Budi berkata “lebih baik membuka usaha kecil hari ini, daripada usaha raksasa tahun depan.” Sedangkan Purdhie E Chandra dalam buku “Cara Gila Jadi Pengusaha” mengatakan, “Suatu usaha itu bukan dipikir,dihitung, melainkan langsung saja dibuka, baru melakukan perhitungan.
Generasi kita harus mampu dan berani untuk secepatnya membuka usaha, segera setelah mereka lulus dari perguruan tinggi. Sebab, dengan membuka usaha baru, selain mereka bisa bisa menyelamatkan nyawa mereka sendiri dari keterpurukan, merka juga mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja yang ada dan terus meningkat. Dengan lapangan usaha baru yang mereka buka, ada sebuah kepuasan bagi diri sendiri, bahwa Tuhan menciptakan mereka untuk berguna bagi sesama.
Sehingga, pertanyaan “Kapan anak kampus berhenti melamar kerja? Dapat dijawab dengan, “Hari ini. Ada yang berani?
Buku referensi: Cara Gila Jadi Penggusahan (Purdhie E Cabdra, Penerbit Elex Media Komputindo)
The Power of Kepepet ( Jaya Setia Budi, Penerbit Gramedia Pustaka Utama)